Sunday, 8 January 2017

PERUBAHAN ENERGI REAKSI



Hampir setiap hari kita memanfaatkan perubahan energi dan hamper setiap reaksi kimia selalu melibatkan energy, baik melepaskan maupun menyerap energi.
1.      Reaksi Endotermik
Endotermik adalah reaksi yang menyerap kalor. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertamba, artinya entalpi produk lebih besar daripada entalpi pereaksi. Akibatnya perubahan entalpi, yaitu selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi yang bertanda positiif[1].Pada reaksi endotermik terjadi perpindahan kaor dari lingkungan kesistem atau pada reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endotermik harga entalpi = (+).Contoh :
CaCO3(s) → CaO(s) + CO2 (g) ∆H= +178,5 KJ
Pada reaksi endotermik entalpi sistem bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaktan (HR). Harga perubahan entalpi reaksi dipengaruhi oleh (kondisi suhu dan tekanan) pengukuran. Suhu dan tekanan standar yakni 26 derajat C dan 1 atm. Perubahan entalpi pada kondisi standar disebut perubahan entalpi standar yang dilambangkan dengan ∆H[2].
Hukum Hess menyatakan bahwa kalor tidak bergantung pada lintasan, tapi ditentukan dengan melihat keadaan  awal dan keadaan akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau lebih, kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya. Hokum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram tingkat energi atau diagram siklus. Berdasarkan hukum hess kalor reaksi dapat dinyatakan secara tidak langsung, artinya tidak melalui eksperimen, tapi dari kalor-kalor reaksi yang berhubungan.
Bila perubahan terjadi pada sebuah sistem maka dikatakan sistem bergerak dari keadaan satu ke keadaan yang lain. Bila sistem di isolasi dari lingkungan sehiggan tidak ada panas yang dapat mengalir maka perubahan yang terjadi didalam sistem adalah perubahan adiabatic. Selama ada perubahan adiabatic maka suhu dari sistem akan menggeser, dan menyebabkan terjadinya penurunan (endotermik) dan kenaikan suhu (eksotermik).[3].
Bila sistem tidak di isolasi dari lingkungan maka panas akan mengalir antara keduanya. Maka bila terjadi reaksi suhu dari sistem dapat dibuat tetap, perubahn yang tejadi pada temperature tetap dinamakan perubahan isotermik, telah dikatakan bila tejadi raeaksi eksotermik atau endotmik maka pada zat-zat kimia yang telibat akan terjadi perubahan energi potensial. Panas reaksi yang kita ukur akan sama dengan perubahan energi  potensial ini. Eksotermik menunjukan bahwa suatu proses atau reaksi kimia berlangsung dengan disertai pelepasan kalor.[4]
2.      Reaksi Eksotermik
Reaksi eksotermik adalah reaksi yang membebaskan kalor,
∆H=Hp-HR < 0 bertanda negative.
Perubahan reaksi pada eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan diagram bertingkat. Pada reaksi eksotermik terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm harga ∆H= ( - ).Contoh :
C (s) +O2 (g) → CO2(g)    ∆H=-393,5 KJ
Pada reaksi eksoterm entalpi sistem berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi. Persamaan reaksi yang diikut sertakan perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia. Nilai ∆H dituliskan pada persamaan termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi, artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Entalpi juga bergantung pada wujud zat yang terlibat dalam reaksi maka wujud zat harus dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan indeks s untuk zat padat, l untuk zat cair, dan g untuk zat gas[5].



   [1]Alinger norman, Kimia dasar  (Karang Anom: Cempaka Putih,2005), hlm. 60.
   [2]Arifatun Anifah  Setawati, KIMIA  Menguji phenomena Alam (New York:Worth Publiser,2007), h.27.
   [3] Ibid, h.,32.
 [4] Ibid, h.,260
 [5]Ibid, h..28.

No comments:

Post a Comment