Hampir setiap hari kita memanfaatkan
perubahan energi dan hamper setiap reaksi kimia selalu melibatkan energy, baik
melepaskan maupun menyerap energi.
1. Reaksi
Endotermik
Endotermik adalah reaksi yang menyerap
kalor. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertamba, artinya entalpi produk
lebih besar daripada entalpi pereaksi. Akibatnya perubahan entalpi, yaitu
selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi yang bertanda positiif[1].Pada
reaksi endotermik terjadi perpindahan kaor dari lingkungan kesistem atau pada
reaksi tersebut dibutuhkan panas. Pada reaksi endotermik harga entalpi =
(+).Contoh :
CaCO3(s)
→ CaO(s) + CO2 (g) ∆H= +178,5 KJ
Pada
reaksi endotermik entalpi sistem bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih
besar dari entalpi reaktan (HR). Harga perubahan entalpi reaksi dipengaruhi
oleh (kondisi suhu dan tekanan) pengukuran. Suhu dan tekanan standar yakni 26
derajat C dan 1 atm. Perubahan entalpi pada kondisi standar disebut perubahan
entalpi standar yang dilambangkan dengan ∆H[2].
Hukum
Hess menyatakan bahwa kalor tidak bergantung pada lintasan, tapi ditentukan
dengan melihat keadaan awal dan keadaan
akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau lebih,
kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya. Hokum
Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram tingkat energi atau diagram siklus.
Berdasarkan hukum hess kalor reaksi dapat dinyatakan secara tidak langsung,
artinya tidak melalui eksperimen, tapi dari kalor-kalor reaksi yang
berhubungan.
Bila perubahan terjadi pada sebuah sistem maka dikatakan sistem
bergerak dari keadaan satu ke keadaan yang lain. Bila sistem di isolasi dari
lingkungan sehiggan tidak ada panas yang dapat mengalir maka perubahan yang
terjadi didalam sistem adalah perubahan adiabatic. Selama ada perubahan
adiabatic maka suhu dari sistem akan menggeser, dan menyebabkan terjadinya
penurunan (endotermik) dan kenaikan suhu (eksotermik).[3].
Bila sistem tidak di isolasi dari
lingkungan maka panas akan mengalir antara keduanya. Maka bila terjadi reaksi
suhu dari sistem dapat dibuat tetap, perubahn yang tejadi pada temperature
tetap dinamakan perubahan isotermik, telah dikatakan bila tejadi raeaksi
eksotermik atau endotmik maka pada zat-zat kimia yang telibat akan terjadi
perubahan energi potensial. Panas reaksi yang kita ukur akan sama dengan
perubahan energi potensial ini.
Eksotermik menunjukan bahwa suatu proses atau reaksi kimia berlangsung dengan
disertai pelepasan kalor.[4]
2. Reaksi
Eksotermik
Reaksi
eksotermik adalah reaksi yang membebaskan kalor,
∆H=Hp-HR < 0 bertanda negative.
Perubahan reaksi pada eksoterm dan endoterm dapat
dinyatakan dengan diagram
bertingkat. Pada reaksi eksotermik terjadi perpindahan kalor dari sistem
ke lingkungan atau pada reaksi tersebut dikeluarkan panas. Pada reaksi eksoterm
harga ∆H= ( - ).Contoh :
C (s) +O2 (g) →
CO2(g) ∆H=-393,5 KJ
Pada reaksi eksoterm entalpi sistem
berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil dari pada entalpi pereaksi. Persamaan reaksi yang
diikut sertakan perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia. Nilai ∆H
dituliskan pada persamaan termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi,
artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien
reaksinya. Entalpi juga bergantung pada wujud zat yang terlibat dalam
reaksi maka wujud zat harus dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan indeks s untuk
zat padat, l untuk zat cair, dan g untuk zat gas[5].
No comments:
Post a Comment