PEMBUATAN LARUTAN
A.
Pembuatan
Larutan
1.
Pengertian Larutan
Merupakan
campuran homogeny antara dua zat atau lebih yang berbeda jenis. Ada dua
komponen zat dalam pembuatan larutan, yakni zat terlarut dan zat pelarut.
Fasa
larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau gas tergantung pada dua sifat
komponen larutan tersebut. Apabila fasa pembuat larutan atau zat-zat
pembentuknya sama. Zat yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya disebut
pelarut, sedangkan zat yang lainnya disebut zat terlarut.[1]
Berdasarkan
zat wujud terlarut dan zat pelarut, larutan dapat dibagi dalam tujuh macam.
Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam zat larutan,
tetapi zat berwujud padat dan cair tidak membentuk dalam larutan dalam pelarut
berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang
berwujud gas akan membentuk larutan heterogen.[2]
Selain
itu masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan. Berdasarkan
banyak jenis suatu zat yang menyusun larutan, dikenal dengan larutan binner
(tersusun dari dua jenis zat), larutan terner (tiga jenis zat penyusun),
larutan kuartener (empat jenis zat penyusun) dan seterusnya.
Menurut
sifat hantaran listriknya, dikenal
dengan larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan
larutan non elektrolit. (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik).
Sedangkan ditinjau dari segi kemampuan suatu zat malarutkan ke dalam sejumlah
pelarut pada suhu tertentu dikenal sebagai:
a. Larutan
jenuh
b. Larutan
tak jenuh
c. Larutan
lewat jenuh.
2.
Kemolalan
Kemolaran
merupakan konsentrasi yang paling umum digunakan dalam laboratorium, karena
memudahkan kita untuk mereaksikan sejumlah tertentu zat terlarut dengan jalan
mengukur volume larutannya. Kemolaran
menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. Kemolaran
(M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi dengan jumlah liter (V)
larutan.
M = n/v (mol/L)
Maka, n =
M x V
Dengan n = jumlah mol zat terlarut
V =
volume larutan
M = kemolaran.
3.
Pengenceran
Konsentrasi
larutan dapat diperkecil dengan jalan menambahkan zat pelarut, dan sebaliknya.
Pada pengenceran, volume, dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat
terlarut tidak berubah. Oleh karena itu, pada pengenceran berlaku rumus :
V1M1 = V2M2
V1
= volume larutan mula-mula
M1
= kemolaran mula-mula
V2 = volume larutan setelah pengenceran
M2 = kemolaran larutan setelah pengenceran[3]
4.
Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari
cara
pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi
tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan
dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya. [4]
pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi
tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan
dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan
penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya. [4]
[1] Drs. Mulyono HAM, M.Pd, Membuat
Reagen Kimia di Laboratorium, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 1
[3] Michel, 1998 : 97-99
[4]Nabila Mukminin jibril dalam “https://oncemelody.wordpress.com/2014/11/29/laporan-hasil-praktikumpembuatan-pengenceran-dan-pencampuran-larutan/” diakses pada tanggal 22 April 2016,
pukul 12.00 WITA.
No comments:
Post a Comment